Tentang MRT
Mass Rapid Transit Jakarta (MRT Jakarta) yang berbasis rel rencananya akan membentang kurang lebih ±110.8 km, yang terdiri dari Koridor Selatan – Utara (Koridor Lebak Bulus - Kampung Bandan) sepanjang kurang lebih ±23.8 km dan Koridor Timur – Barat sepanjang kurang lebih ±87 km.
• Pembangunan koridor Selatan - Utara dari Lebak Bulus – Kampung Bandan dilakukan dalam 2 tahap:
- Tahap I yang akan dibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI sepanjang 15.7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah) ditargetkan mulai beroperasi pada akhir 2016.
- Tahap II akan melanjutkan jalur Selatan-Utara dari Bundaran HI ke Kampung Bandan sepanjang 8.1 Km yang akan mulai dibangun sebelum tahap I beroperasi dan ditargetkan beroperasi 2018 (dipercepat dari 2020). Studi kelayakan untuk tahap ini sudah selesai.
• Koridor Timur - Barat saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan. Koridor ini ditargetkan paling lambat beroperasi pada 2024 - 2027
Membangun sistem jaringan MRT bukanlah semata-mata urusan kelayakan ekonomi dan finansial saja, tetapi lebih dari itu membangun MRT mencerminkan visi sebuah kota. Kehidupan dan aktivitas ekonomi sebuah kota, antara lain tergantung dari seberapa mudah warga kota melakukan perjalanan/ mobilitas dan seberapa sering mereka dapat melakukannya ke berbagai tujuan dalam kota. Tujuan Utama dibangunnya sistem MRT adalah memberikan kesempatan kepada warga kota untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas perjalanan/ mobilitasnya menjadi lebih andal, terpercaya, aman, nyaman, terjangkau dan lebih ekonomis.
• Pembangunan Koridor Selatan-Utara dari Lebak Bulus – Kampung Bandan dilakukan dalam 2 tahap:
2. Tahap II akan melanjutkan koridor Selatan - Utara dari Bundaran HI ke Kampung Bandan (8.1 Km) yang akan mulai dibangun sebelum tahap I beroperasi dan ditargetkan beroperasi paling lambat 2020.
• Koridor Timur - Barat saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan. Koridor ini ditargetkan paling lambat beroperasi pada 2027
Mass Rapid Transit Jakarta (MRT Jakarta) yang berbasis rel rencananya akan membentang kurang lebih ±110.8 km, yang terdiri dari Koridor Selatan – Utara (Koridor Lebak Bulus - Kampung Bandan) sepanjang kurang lebih ±23.8 km dan Koridor Timur – Barat sepanjang kurang lebih ±87 km.
• Pembangunan koridor Selatan - Utara dari Lebak Bulus – Kampung Bandan dilakukan dalam 2 tahap:
- Tahap I yang akan dibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI sepanjang 15.7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah) ditargetkan mulai beroperasi pada akhir 2016.
- Tahap II akan melanjutkan jalur Selatan-Utara dari Bundaran HI ke Kampung Bandan sepanjang 8.1 Km yang akan mulai dibangun sebelum tahap I beroperasi dan ditargetkan beroperasi 2018 (dipercepat dari 2020). Studi kelayakan untuk tahap ini sudah selesai.
• Koridor Timur - Barat saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan. Koridor ini ditargetkan paling lambat beroperasi pada 2024 - 2027
Latar Belakang Pembangunan Sistem Transportasi Massal Cepat Berbasis Rel
• Perkiraan Jakarta macet total : saat
ini pertumbuhan jalan di Jakarta kurang dari 1 persen per tahun dan
setiap hari setidaknya ada 1000 lebih kendaraan bermotor baru turun ke
jalan di Jakarta (Data Dinas Perhubungan DKI Jakarta). Studi Japan
International Corporation Agency (JICA) 2004 menyatakan bahwa bila tidak
dilakukan perbaikan pada sistem transportasi, diperkirakan lalu lintas
Jakarta akan macet total pada 2020 (Study on Integrated Transportation
Master Plan (SITRAMP II).
• Kerugian ekonomi akibat kemacetan lalu
lintas di Jakarta berdasarkan hasil penelitian Yayasan Pelangi pada
2005 ditaksir Rp 12,8 triliun/tahun yang meliputi nilai waktu, biaya
bahan bakar dan biaya kesehatan. Sementara berdasarkan SITRAMP II tahun
2004 menunjukan bahwa bila sampai 2020 tidak ada perbaikan yang
dilakukan pada sistem transportasi maka perkiraan kerugian ekonomi
mencapai Rp 65 triliun/tahun.
• Polusi udara akibat kendaraan bermotor
memberi kontribusi 80 persen dari polusi di Jakarta. MRT Jakarta
digerakan oleh tenaga listrik sehingga tidak menimbulkan emisi CO2
diperkotaan. Berdasarkan studi tersebut, maka jelas DKI Jakarta sangat
membutuhkan angkutan massal yang lebih andal seperti MRT yang dapat
menjadi alternatif solusi transportasi bagi masyarakat yang juga ramah
lingkungan.
Membangun sistem jaringan MRT bukanlah semata-mata urusan kelayakan ekonomi dan finansial saja, tetapi lebih dari itu membangun MRT mencerminkan visi sebuah kota. Kehidupan dan aktivitas ekonomi sebuah kota, antara lain tergantung dari seberapa mudah warga kota melakukan perjalanan/ mobilitas dan seberapa sering mereka dapat melakukannya ke berbagai tujuan dalam kota. Tujuan Utama dibangunnya sistem MRT adalah memberikan kesempatan kepada warga kota untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas perjalanan/ mobilitasnya menjadi lebih andal, terpercaya, aman, nyaman, terjangkau dan lebih ekonomis.
Fitur Poyek
Mass Rapid Transit Jakarta (MRT Jakarta)
yang berbasis rel rencananya akan membentang kurang lebih ±110.8 km,
yang terdiri dari koridor Selatan – Utara (Koridor Lebak Bulus - Kampung
Bandan) sepanjang kurang lebih ±23,8 km dan Koridor Timur – Barat
sepanjang kurang lebih ±87 km.
• Pembangunan Koridor Selatan-Utara dari Lebak Bulus – Kampung Bandan dilakukan dalam 2 tahap:
1. Tahap I yang akan dibangun terlebih
dahulu menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI sepanjang
15.7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah)
ditargetkan mulai beroperasi pada akhir 2016.
2. Tahap II akan melanjutkan koridor Selatan - Utara dari Bundaran HI ke Kampung Bandan (8.1 Km) yang akan mulai dibangun sebelum tahap I beroperasi dan ditargetkan beroperasi paling lambat 2020.
• Koridor Timur - Barat saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan. Koridor ini ditargetkan paling lambat beroperasi pada 2027
Pendanaan MRT
Total nilai proyek adalah sekitar 144
Milyar Yen* dengan besar pinjaman sekitar 120 Milyar Yen dan selebihnya
dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI Jakarta (APBD) DKI Jakarta.
Biaya proyek akan ditanggung bersama antara Pemerintah Pusat (42%) dan
Pemerintah Daerah (58%). Dana kemudian akan disalurkan kepada PT MRT
Jakarta melalui DKI Jakarta sebagai pelaksana dan operator proyek.
Hingga saat ini sudah berhasil melakukan Loan Agreement I dan
II, dimana 42% dari bagian pinjaman yang memenuhi syarat dari JICA,
dihibahkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pada 2009, JICA juga
sudah memberikan hibah untuk melakukan studi kelayakan perpanjangan
koridor MRT dari Bundaran HI - Kampung Bandan (Kota) dan pra-sudi
kelayakan untuk MRT koridor timur-barat.
*untuk Lebak Bulus – Dukuh Atas. Total nilai proyek Lebak Bulus – Bundaran HI masih dalam perhitungan.
Semoga Moda Transportasi masal ini segera terwujud.. Jakartaku Harapanku .. Harapan Kita Semua ^_^
0 komentar:
Posting Komentar